Friday, November 29, 2013

When the time comes

There's a time when i have to off you go. with a ring and promise to your God, to live with the right one until the end of time. 
There's a time when i get too tired to keep you because there's no way for us. And everything comes too unclear. 
There's a time when i have to go away, leaving everything behind for the duties. And you, with your business too, and every single piece of you 
There's a time when i have to release all the memories we've built, or like a tree that has growing up between us. 
There's a time when i have to let our hopes and dreams away, because we're gonna build them with someone else 
There's a time when i can erase the past, and thank to you for being part of it 
There's a time when i can give my smile and sweetest goodbye and let you go, with all of my heart and wish you all the greatest thing


When that time comes, i know that i'm strong enough 
At least to say good bye 
and thank to God, for giving me a you to be the part of my life 

:)

Life is a beautiful struggle :)

Dua minggu yang lalu gue baru ikut UKDI, Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Berbekal modal nekat dan semangat untuk keluar dari lubang jarum dengan selamat, gue dan kurang lebih lima teman yang lain membentuk tim inti untuk belajar kelompok di kampus setiap harinya. Mungkin ga setiap hari, hari minggu kami off untuk bernafas sejenak atau mengerjakan soal-soal setumpuk masing-masing, kemudian kami bahas besoknya. Kalau ada pertanyaan yang ga bisa kami jawab, alias buntu, baru kami kumpulkan kemudian kami tanyakan pada sesi TEM-EX (temu expert) alias tanya konsulen.
Sebenernya yang ikut UKDI kali ini ga hanya kami berenam, tapi ada sekitar 24 anak. Tapi yang lainnya mengikuti bimbel di luar (jakarta dan bandung) dan ada juga yang belajar masing-masing.
Well, memang sekolah di kedokteran emang ga gampang. Semua harus steady. Steady masalah materi, fisik yang kuat, dan mental yang ga kalah kuatnya sama fisik. Dari segi materi, orang awam juga udah tau masuk dan biaya semesterannya ga murah. Mungkin kalau di universitas negeri, SPP masih terbilang reasonable. Tapi, kalau denger-denger dari universitas swasta, kadang suka loyo denger nominalnya. Belum kalau masuk koass (co-assistant), yaitu masa studi di klinik di rumah sakit pendidikkan. Biaya pendidikkan selama kami koass beda sama waktu kami di pre-klinik, lebih mahal pastinya, juga ditambah biaya-biaya additional lainnya yang kadang ga terprediksi.
Dari segi fisik, kami harus punya fisik yang oke. Intinya kalo bisa sih ga usah pake sakit-sakitan segala. Di kampus kami, ada jatah absen yang kalau melebihi jatah tersebut, kita ga boleh ujian. Sama aja sih sama jurusan dan kampus lain. Bedanya, mungkin peraturan di jurusan ini lebih ketat. Bisa aja setiap harinya kita diabsen panggil, atau ada pretest-postest saat kuliah (buat sekalian absen hadir kali ya? :p), dan praktikum-praktikum yang emang ga bisa titip absen. Tapi berkat tuntutan kayak gini nih, kita jadi lebih kenal sama dosen.
Dari segi mental, kita harus banget punya mental badak! You know what i mean? saat kita koass, konsulen-konsulen senior sering ga sungkan marahin koass-koassnya di depan pasien. Makanya, kadang emang harus punya kuping tebel. Semua koass itu 'tolol', karena kita memang masih harus belajar. Namanya juga KOASS: Kumpulan Orang Serba Salah. Jadi jangan kaget kalo ada segerombol bocah pake jas lab/snelli yang lagi kena amuk konsulen, terus lari tunggang langgang, entah karena ga bisa jawab pertanyaan atau emang ada instruksi tertentu.
Overall, masa-masa itu bakalan lewat. Gak kerasa udah 6 tahun gue menjalani itu. Ada jatuh dan bangunnya, ada manis ada paitnya (kadang lebih banyak asemnya), ada tangisan dan ada tawanya, ada masa-masanya jadi geek dan kutu buku sejati, bahkan ada pula masa-masanya jadi part-time lover ;), pokoknya ada segala hal yang bakal jadi kenangan dan cerita buat kita nanti setelahnya. Well, selama gue menjalaninya, mungkin lebih banyak cerita lucu dibandingkan cerita sedihnya. Dari cerita lucu dengan teman-teman sekelompok koass, dengan tenaga medis lain, dengan pasien, sampai cerita lucu yang ga jauh-jauh dengan konsulen.
Sounds scary, but if you never try, you'll never know how pretty the proccess is.

god nacht, visas senare! 



your general practitioner wanna-be ;p